Newsparameter.com | Humbang Hasundutan Menilik antusiasme para pendukung sepakbola yang di idolakan,adalah sebuah gambaran perilaku positif dan patut kita apresiasi,pantas kita acungin 4 jempol.
Sangat kontradiktif bila kita bandingkan dengan animo masyarakat terhadap perhelatan atau konstalasi politik .
Menurut amatan saya di lapangan,bahwa dengan sesadar-sadarnya dukungan terhadap salah satu klub dari daerahnya maupun dukungannya secara sukarela mau memberi pengorbanan,minimal pengorbanan waktu.
Bahkan saya temukan ada yang sampai merogoh kocek sebagai dukungan penuh terhadap kesebelasan paforitnya,baik itu dari masyarakat yang tinggal di kampung ataupun dari perantau asal kampung itu sendiri, ungkap Ebenezer Sihite.
Di sinyalir dari nominal puluhan juta hingga mencapai angka yang fantastis hingga ratusan juta rupiah dikumpulkan untuk ajang bergengsi dan menjaga gengsinya tersendiri.
Berbeda jauh bila dibandingkan dengan perpolitikan.
Dalam kancah politik bila seseorang ingin mencalonkan diri, maka si calon lah yang akan merogoh kantong untuk mengumpulkan calon konstituennya,mulai dari perkenalan, sosialisasi, acara partangiangan borhat-borhat hingga proses berjalan sampai di hari H penentuan voting pencoblosan ke TPS senantiasa menelan dana yang sangat-sangat fantastis.
Ada hal menarik dan positif dari kedua kompetisi ini,yaitu tentunya sama-sama menginginkan hal baik, tercapinya harapan sebagai champions dalam sepakbola, sementara dalam politik juga menginginkan adanya perbaikan dalam berbagai sektor, pemerintahan yang pro rakyat baik di legislatif dan eksekutif,perbaikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh rakyat.
Namun proses yang kita temui di lapangan jauh berbeda antara langit dan bumi. Saya hanya berfikir,bila seandainya pola atau cara pendukungan terhadap club kebanggaannya di apresiasikan dalam konstalasi politik ini,langkah indahnya dan sungguh luar biasa baiknya pembangunan yang akan kita capai. Barangkali akan hadir kemakmuran untuk masyarakat setiap daerah seperti yang selalu di impikan dan kita cita-citakan bersama.
Dalam sepakbola ini jelas terlihat bahwa masalah identitas di hilangkan,melebur menjadi satu keutuha tanpa membedakan suku, agama, marga dan lain sebagainya
Timbul sebuah pertanyaan, mungkinkah hal ini dapat terjadi, ataukah hanya sebuah ilusi atau mimpi di siang bolong?
Akankah kita terus terlelap dalam tidur dan tak akan terjaga untuk mencapai sebuah kebaikan ?
Majulah olahragaku, namun harapanku semoga cara kita berpolitik juga dapat mengikutinya “pungkas Ebenezer Sihite