Newsparameter.com | Jayapura – Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) mendapat kunjungan istimewah dari para peniliti keanekaragaman hayati jenis Serangga dari 7 negara di dunia diantaranya Amerika, Belanda, Jerman, Perancis, Norwrgia, Italy dan Portugal.
Kedatangan para peneliti dunia ke DPRP dan didampingi peneliti Universitas Cenderawasih dan Papua Insect Foundation ini diterima langsung oleh Wakil Ketua III DPRP Yulianus Rumbairusy,S.Sos.,MM didamping sejumlah Anggota DPRP dan Sekretaris DPRP Dr.Juliana J. Waromi,SE.,M.Si di Aula Lantai 13 Gedung II DPRP, Jumat, (6 /10/2023).
Wakil Ketua III DPRP Yulianus Rumbairusy, S.Sos.,MM dalam sambutannya menyampaikan selamat datang kepada para peniliti dari 7 negara Kantor DPRP,” Atas nama pimpinan DPRP kami sampikan selamat datang di kantor DPRP dan kami juga memberikan apresiasi kepada dua peniliti dalam rombongan ini, yang ternyata merupakan anak dari seorang perancang gambar gedung lama DPRP, yang dibangun 59 tahun lalu yang sampai sekarang masih berdiri kokoh,” Tegasnya
Dikatakan Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Papua yang pada Pemilu Legislatif Tahun 2024 maju sebagai Calon Anggota DPRP Periode 2024 – 2029, Partai PAN, Dapil Papua I Kota Jayapura meliputi Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan ini bahwa tujuan kedatangan para peneliti ke Papua untuk melakukan penelitian tentang Serangga,”Kami mendengar bapak ibu sebagai tim peneliti serangga dari beberapa negara yang datang ke Papua dengan tujuan melakukan penelitian serangga di Papua. Tapi apapun kami percaya sejak dulu, hanya lewat ilmu pengetahuan, semua hal bisa kita ketahui dan kita jaga dan pelihara bersama sama. Kami senang para peniliti ini bekerjasama dengan Universitas Cenderawasih dalam penilitian terkait dengan serangga ini,”Ujarnya
Lebih jauh dikatakan Rumbairusy bahwa bahwa Papua memiliki kekayaan keanekaragaman hayati termasuk flora dan fauna, termasuk keindahan alam di Tanah Papua yang tak dimiliki daerah lain di Indonesia bahkan di dunia sehingga Papua memilik daya tarik tersendiri dan perlu untuk diberikan perhatian serius terhadap upaya-upaya perlindungan keanekaragaman hayati, ” Dengan keaneragaman hayati yang beranekaragam terutama Serangga seperti yang disampaikan tadi bahwa Papua memiliki 72 ribu jenis Serangga dan merupakan hasil koleksi dari Br Henk Van Mastright yang dikerjakan selama kurang waktu 40 tahun, tentu ini sesuatu yang luarbiasa dan perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya.Untuk itu kita di DPRP akan mencoba mendorong kepada Pemerintah Provinsi Papua untuk memperhatikan keberadan UNCEN lebih khusus fakultas MIPA Jurusan Biologi, untuk mungkin menyiapkan sebuah ruangan khusus sebagai tempat menempatkan koleksi serangga jenis kupu-kupu maupun keanekaragaman hayati lainnya,” Paparnya
Sementara itu Ketua Papua Insect Foundation Roberth de Vos didampingi Ketua Kelompok Serangga Papua, Dawiyaa ini mengungkapkan hal yang mengejutkan soal serangga di Tanah Papua. Sebab, Papua memiliki koleksi serangga yang merupakan hasil dari koleksi Br Henk van Mastright yang telah meninggal dunia pada tahun 2015. Henk van Mastright datang ke Papua sebagai bruder di Gereja Katholik di APO, Kota Jayapura pada tahun 1975. Selain bertugas sebagai bruder di Gereja Khatolik APO Kota Jayapura, Henk van Mastright juga melakukan koleksi serangga yang berasal dari hampir di seluruh Tanah Papua. “Sampai akhirnya, sebelum beliau meninggal pada tahun 2015, koleksi yang beliau buat sudah mencapai 72.000 ekor serangga,” ungkap Roberth de Vos.
Dijelaskan, Sebelum Br Henk van Mastright meninggal dunia, ia sempat mengunjungi Jurusan Biologi, Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura untuk menyerahkan puluhan ribu koleksi serangga miliknya yang dikoleksinya selama 40 tahun tersebut,“Setelah beliau meninggal, koleksi serangga yang diserahkan ke Uncen Jayapura itu, kini makin terkenal lagi,” ujarnya.
Lanjut Roberth de Vos, bahwa Br Henk van Mastright berteman dengan dirinya sudah lebih dari 20 tahun dan melakukan survey dan penilitian bersama Kelompok Serangga Papua di Papua bersama mahasiswa sudah berjalan cukup lama,“Saya sudah ke 9 kalinya datang ke Papua. Ternyata koleksi serangga yang ditinggalkan Br Henk van Mastright makin terkenal dan itu menarik ilmuwan terutama penilti serangga dan seluruh dunia,” jelasnya.
Ditambahkan Roberth de Vos bahwa Papua Insect Foundation kali ini melakukan survey serangga di wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua yang diikuti 20 peniliti serangga dari 7 negara di dunia, seperti Amerika, Belanda, Portugal, Jerman, Itali, Francis dan Norwegia, “Ini sebenarnya legasi yang ditinggalkan Br Henk van Mastright ini luar biasa untuk kemajuan Uncen, sebab mereka memberikan kuliah dan mahasiswa maupun dosen belajar hal hal baru dalam mengoleksi serangga, setelah itu diaplikasikan di lapangan, sehingga mereka dapat pengalaman dalam penilitian. Dan lewat kolaborasi ini juga memberikan kesempatan kepada anak anak Papua untuk melanjutkan sekolahnya di luar negeri dan mereka akan mendukung,” ujarnya.
Sebelum meninggal, Br Henk van Mastright sempat berharap agar pemerintah membuat museum serangga Papua, tentu akan melestarikan serangga yang ada di Papua. “72 ribu spesimen serangga itu adalah koleksi serangga terbesar dan sangat penting di dunia. Bahkan, kali ada mahasiswa yang menyelesaikan tugas tesisnya dengan meniliti serangga ini dari New York Univercity. Tentu kita berbangga, biasanya kita pergi keluar negeri untuk melakukan penilitian ini, sekarang orang luar negeri datang ke Uncen karena adanya koleksi keanekaragaman hayati terutama flora dan fauna khususnya serangga, yang kebanyakan belum diteliti. Untuk itu, kami sarankan kepada Pemprov Papua melalui DPRP untuk dmembuat Musem Serangga Papua, ” Tutupnya
Setelah selesai penyampaian maksud dan tujuan kedatangan para peneliti serangga dunua ke Papua, pertemuan selanjutnya diisi.dengan diskusi.
Anggota Komisi V DPRP, Nason Utty mengaku sempat mengunjungi laboratorium tempat menyimpan puluhan ribu koleksi serangga dari berbagai daerah di Papua yang ada di Uncen tersebut,“Warisan dari seorang bruder ini, kalau bisa ditingkatkan menjadi museum besar untuk di Papua ini dipusatkan di Uncen. Laboran ini sangat terkenal karena menempati urusan 10 besar dunia, tentu akan mengundang banyak peniliti dari berbagai negara di dunia. Jadi, saya setuju agar dibuatkan museum secara besar untuk mengembangkannya,” imbuhnya. (AW/Tim Humas DPRP)